Lanjutan; MATERI PEMAHAMAN POLITIK
A.Pembangunan Politik
dalam pembangunan politik, setidaknya ada 2 peristiwa besar yang mendorong munculnya studi pembangunan politik.
1.Lahirnya negara-negara baru dunia ke tiga pasca perang dunia ke II, terutama di Asia, Afrika, Amerika Selatan, yang tentu saja menjadi tantangan baru bagi ilmuan untuk melakukan kajian politik diwilayah itu, masalahnya mengkaji tentang perubahan pololitik atau penerapan sistem politik beserta infrastruktur yang menopangnya.
2.Berkembangnya studi area dan revolusi behavioralisme dalam ilmu politik, yang ditandai dengan upaya serius para ilmuan politik untuk mengkombinasikan kecermatan teoritik dan metodologi untuk melakukan penelitian empirik lintas nasional yang bisa menghasilkan generasi universal dan komparatif.
Konon komite perbandingan politik pada badan penelitian ilmu-ilmu sosial menggelar konfrensi dan publiksasi yang didesain untuk membawa pengetahuan dan pengalaman baru tentang pola dan problem pembangunan (politik). Hal ini menumbuhkan sebuah keyakinan bahwa pembangunan diwilayah dunia ketiga tidak bisa diselesaikan hanya dengan campuran kebijakan ekonomi, tetapi juga dengan lembaga-lembaga politik guna memobilisasi dan meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) dan Sumber Daya Alam (SDA), sebab variabel-variabel politik sama pentingnya dengan variabel ekonomi. Walaupun demikian para ilmuan ini sadar bahwa masih ada banyak problema yang harus dapat terselesaikan; problem pertama yang dihadapi adalah:
1.Bagaimana mendefinisikan pembangunan politik, karena sejauh karya-karya tentang politik yang bertebaran menunjukan bahwa definisi politik sangat fragmentasi, antara lain karena istilah "Pembangunan Politik" punya makna positif sehingga para ilmuan politik cenderung menerapkan pada hal-hal yang mereka anggap penting dan diperlukan. Bagi ilmuan politik, konsep pembangunan politik lebih memberi fungsi legitimasi di masyarakat ketimbang memberi fungsi analitis. Selain itu karena Pembangunan Politik (PP) merupakan aspek-aspek modernisasi, ia menjadi sebuah gagasan maupun proses yang luas dan kompleks. Pembangunan politik harus dimaknai dan diukur dengan banyak kriteria.
Lucian Pye, misalnya membuat sepuluh kriteria untuk mendefinisikan pembangunan politik, yakni;
1.Pembangunan Politik, sebagai prasyarat politik bagi pembangunan ekonomi
2.Pembangunan Politik, sebagai ciri khas kehidupan politik masyarakat industri
3.Pembangunan Politik, sebagai modernisasi politik
4.Pembangunan Politik, sebangai operasi negara bangsa
5.Pembangunan Politik, sebagai pembangunan administrasi dan hukum
6.Pembangunan Politik, sebagai mobilisasi dan partisippasi massa
7.Pembangunan politik, sebagai pembinaan demokrasi
8.Pembangunan Politik, sebagai stabilitas dan perubahan yang teratur
9.Pembangunan Politik , sebagai mobilisasi dan kekuasaan
10.Pembangunan Politik, sebagai satu segi proses perubahan sosial yang multidimensional.
Selain sepuluh kriteria tadi, Pye juga mengedepankan tiga dasar dan jantung pembangunan politik; peningkatan persamaan (equality) yang menyangkut masalah partisipasi, demokratisasi, keadilan hukum dan rekruitmen didasarkan hasil yang dicapai; kapasitas (capacity) yang berkaitan dengan prestasi aparat birokrasi, efektifitas dan efisiensi implementasi kebijakan publik, reformasi dan rasionalisasi administrasi serta diferensiasi dan spesialisasi yang behubungan dengan disentralisasi, spesialisasi fungsi, dan integrasi elite.
Mendirikan Persatuan Perjuangan
Jika kita mau terbuka dengan perjuangan pergerakan kita yang ada, maka saya mau mengatakan atau melansir (menyambung) sedikit dari perjuangannya sang legendaris-pejuang negara Republik Indonesia ini, yaitu (Tan Malaka), yang dengan segala pengorbanan jiwa dan raganya untuk kemerdekaan Indonesia. Walaupun ia dikecam akan dibunuh oleh tentara kolonial Belanda, namun pada akhirnya diasingkan dari Indonesia dan disekolahkan di negara kincir angin tersebut.
Pada tahun-tahun setelah kemerdekaan Indonesia terwujud, Tan Malaka yang putra asli Minangkabau ini berkeliling Jawa untuk mengobarkan semangat revolusi. Ia meyakinkan massa rakyat tentang akan datangnya tentara Belanda dan sekutu ke tanah air. Tan Malaka berkeinginan untuk mengorganisir massa rakyat agar melakukan perlawanan kepada Belanda. Bulan November Tan Malaka ke Surabaya dan menyaksikan pertempuran yang sangat hebat, dan sangat heroik dari komponen rakyat Indonesia. Melihat semangat yang luar biasa dari rakyat untuk mempertahankan Republik Indonesia, Tan Malaka menjadi heran, kenapa justru pemerintah menjadi pengecut dan memilih jalan perundingan dibanding perlawanan dengan senjata. Pertempuran yang hebat membuat ia berpikir untuk mempersatukan gerakan-gerakan massa rakyat yang sudah ada secara rapi, kemudian ia menawarkan ide itu kepada tokoh-tokoh politik saat itu, sehingga pada tanggal 4-5 Januari 1946, di Purwokerto terjadi pertemuan yang kemudian mengkonsolidasi 138 organisasi baik sipil maupun militer, mereka kemudian berhimpun dalam organisasi Persatuan Perjuangan yang disingkat (PP). salah satu orang penting dalam pertemuan tersebut adalah panglima besar Jenderal Soedirman yang memberikan dukungan. Dalam waktu yang relatif singkat Persatuan Perjuangan (PP) dapat berkembang secara cepat.
(Fahsin M Fa’al – Negara dan Revolusi Sosial, 2005, hal.55. Ressist Book Yogyakarta)
Nah jika dilihat dari kutipan diatas, penulis mau sampaikan bahwa "gerakan kita yang ada sudah bagus" yang menjadi masalah atau problem sekarang ini adalah bagaimana tindakan dan seberapa pedulikah diri anda sebagai individu maupun makluk sosial menanggapi perjuangan pergerakan yang ada sekarang. Bagaimana cara anda akan mengembalikan kepercayaan kawn-kawan kita yang selama ini sangat pasif dengan gerakan yang ada, kemudian kita sudah seharusnya untuk bangga dan percaya diri bahwa kita telah melakukan sesuatu yang sangat berharga bagi rakyat, yang selama ini masih tertindas oleh rezim pemerintah yang ada dan berjalan selama ini.
Kita tahu bahwa tidak mungkin sebuah negara merelakan negara jajahannya dengan gampang, namun masih ada jalan lain yang dapat kita tenpuh. Walupun demikiian kita juga harus sadar bahwa negara ini mempunyai cara lain untuk meredam teriakan-teriakan kita sekalipun itu adalah hak kita (M), contohnya yang terjadi dan dilakukan oleh pemerintah Indonesia saat itu terhadap rakyatnya sendiri.
Satu hal tentang persatuan organisasi, kita telah melakukan, tinggal sekarang bagaimana dengan orang-orang yang bergerak dalam organisasi ini, apakah benar-benar bersih dan ingin berjuang untuk rakyat? Jika kelihatan bahwa masih belum bersih semuanya maka mari kita pangkas bersama, karena ada pepatah yang mengatakan "sekejam-kejamnya musuh, tetapi lebih kejam musuh dalam selimut". Karena sepandai apapun anda dapat menyamar, jika musuh dalam selimut itu masih berkrliaran maka percuma saja kita melakukan penyamaran itu. Satu hal lagi yang dianggap perlu kita lakukan dalam Persatuan Perjuangan di atas tadi adalah "kita harus yakinkan diri kita, bahwa kita harus Merdeka". Kemudian kita jangan hanya diam dan selalu berdoa, tetapi bagaimana kita mau bekerja menunjukan kepada publik bahwa hal ini, seperti in, yang terjadi disana rakyat kami ditindas, diintimidasi, kaum perempuan kami diperkosa dan diperlakukan tidak senonoh (tidak sesuai dengan dasar negara kita Pancasila, sila ke dua) setelah itu dilakukan hak-hak rakyat kami dirampas dengan paksa, rakyat di stigmatisasi sebagai pengacau keamanan (GPK) dan separatis, maka itu kami ingin "Merdeka". Sebab semua yang terjadi disana adalah permainan dari pemerintah sebagai penguasa negara ini, guna melegal formalkan cita-cita mereka untuk mengeruk kekayaan alam kami yang ada dan untuk memenuhi kepentingan-kepentingan mereka (korupsi berantai dengan elit politik lokal) dari zaman orde baru hingga sekarang.
A.Pembangunan Politik
dalam pembangunan politik, setidaknya ada 2 peristiwa besar yang mendorong munculnya studi pembangunan politik.
1.Lahirnya negara-negara baru dunia ke tiga pasca perang dunia ke II, terutama di Asia, Afrika, Amerika Selatan, yang tentu saja menjadi tantangan baru bagi ilmuan untuk melakukan kajian politik diwilayah itu, masalahnya mengkaji tentang perubahan pololitik atau penerapan sistem politik beserta infrastruktur yang menopangnya.
2.Berkembangnya studi area dan revolusi behavioralisme dalam ilmu politik, yang ditandai dengan upaya serius para ilmuan politik untuk mengkombinasikan kecermatan teoritik dan metodologi untuk melakukan penelitian empirik lintas nasional yang bisa menghasilkan generasi universal dan komparatif.
Konon komite perbandingan politik pada badan penelitian ilmu-ilmu sosial menggelar konfrensi dan publiksasi yang didesain untuk membawa pengetahuan dan pengalaman baru tentang pola dan problem pembangunan (politik). Hal ini menumbuhkan sebuah keyakinan bahwa pembangunan diwilayah dunia ketiga tidak bisa diselesaikan hanya dengan campuran kebijakan ekonomi, tetapi juga dengan lembaga-lembaga politik guna memobilisasi dan meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) dan Sumber Daya Alam (SDA), sebab variabel-variabel politik sama pentingnya dengan variabel ekonomi. Walaupun demikian para ilmuan ini sadar bahwa masih ada banyak problema yang harus dapat terselesaikan; problem pertama yang dihadapi adalah:
1.Bagaimana mendefinisikan pembangunan politik, karena sejauh karya-karya tentang politik yang bertebaran menunjukan bahwa definisi politik sangat fragmentasi, antara lain karena istilah "Pembangunan Politik" punya makna positif sehingga para ilmuan politik cenderung menerapkan pada hal-hal yang mereka anggap penting dan diperlukan. Bagi ilmuan politik, konsep pembangunan politik lebih memberi fungsi legitimasi di masyarakat ketimbang memberi fungsi analitis. Selain itu karena Pembangunan Politik (PP) merupakan aspek-aspek modernisasi, ia menjadi sebuah gagasan maupun proses yang luas dan kompleks. Pembangunan politik harus dimaknai dan diukur dengan banyak kriteria.
Lucian Pye, misalnya membuat sepuluh kriteria untuk mendefinisikan pembangunan politik, yakni;
1.Pembangunan Politik, sebagai prasyarat politik bagi pembangunan ekonomi
2.Pembangunan Politik, sebagai ciri khas kehidupan politik masyarakat industri
3.Pembangunan Politik, sebagai modernisasi politik
4.Pembangunan Politik, sebangai operasi negara bangsa
5.Pembangunan Politik, sebagai pembangunan administrasi dan hukum
6.Pembangunan Politik, sebagai mobilisasi dan partisippasi massa
7.Pembangunan politik, sebagai pembinaan demokrasi
8.Pembangunan Politik, sebagai stabilitas dan perubahan yang teratur
9.Pembangunan Politik , sebagai mobilisasi dan kekuasaan
10.Pembangunan Politik, sebagai satu segi proses perubahan sosial yang multidimensional.
Selain sepuluh kriteria tadi, Pye juga mengedepankan tiga dasar dan jantung pembangunan politik; peningkatan persamaan (equality) yang menyangkut masalah partisipasi, demokratisasi, keadilan hukum dan rekruitmen didasarkan hasil yang dicapai; kapasitas (capacity) yang berkaitan dengan prestasi aparat birokrasi, efektifitas dan efisiensi implementasi kebijakan publik, reformasi dan rasionalisasi administrasi serta diferensiasi dan spesialisasi yang behubungan dengan disentralisasi, spesialisasi fungsi, dan integrasi elite.
Mendirikan Persatuan Perjuangan
Jika kita mau terbuka dengan perjuangan pergerakan kita yang ada, maka saya mau mengatakan atau melansir (menyambung) sedikit dari perjuangannya sang legendaris-pejuang negara Republik Indonesia ini, yaitu (Tan Malaka), yang dengan segala pengorbanan jiwa dan raganya untuk kemerdekaan Indonesia. Walaupun ia dikecam akan dibunuh oleh tentara kolonial Belanda, namun pada akhirnya diasingkan dari Indonesia dan disekolahkan di negara kincir angin tersebut.
Pada tahun-tahun setelah kemerdekaan Indonesia terwujud, Tan Malaka yang putra asli Minangkabau ini berkeliling Jawa untuk mengobarkan semangat revolusi. Ia meyakinkan massa rakyat tentang akan datangnya tentara Belanda dan sekutu ke tanah air. Tan Malaka berkeinginan untuk mengorganisir massa rakyat agar melakukan perlawanan kepada Belanda. Bulan November Tan Malaka ke Surabaya dan menyaksikan pertempuran yang sangat hebat, dan sangat heroik dari komponen rakyat Indonesia. Melihat semangat yang luar biasa dari rakyat untuk mempertahankan Republik Indonesia, Tan Malaka menjadi heran, kenapa justru pemerintah menjadi pengecut dan memilih jalan perundingan dibanding perlawanan dengan senjata. Pertempuran yang hebat membuat ia berpikir untuk mempersatukan gerakan-gerakan massa rakyat yang sudah ada secara rapi, kemudian ia menawarkan ide itu kepada tokoh-tokoh politik saat itu, sehingga pada tanggal 4-5 Januari 1946, di Purwokerto terjadi pertemuan yang kemudian mengkonsolidasi 138 organisasi baik sipil maupun militer, mereka kemudian berhimpun dalam organisasi Persatuan Perjuangan yang disingkat (PP). salah satu orang penting dalam pertemuan tersebut adalah panglima besar Jenderal Soedirman yang memberikan dukungan. Dalam waktu yang relatif singkat Persatuan Perjuangan (PP) dapat berkembang secara cepat.
(Fahsin M Fa’al – Negara dan Revolusi Sosial, 2005, hal.55. Ressist Book Yogyakarta)
Nah jika dilihat dari kutipan diatas, penulis mau sampaikan bahwa "gerakan kita yang ada sudah bagus" yang menjadi masalah atau problem sekarang ini adalah bagaimana tindakan dan seberapa pedulikah diri anda sebagai individu maupun makluk sosial menanggapi perjuangan pergerakan yang ada sekarang. Bagaimana cara anda akan mengembalikan kepercayaan kawn-kawan kita yang selama ini sangat pasif dengan gerakan yang ada, kemudian kita sudah seharusnya untuk bangga dan percaya diri bahwa kita telah melakukan sesuatu yang sangat berharga bagi rakyat, yang selama ini masih tertindas oleh rezim pemerintah yang ada dan berjalan selama ini.
Kita tahu bahwa tidak mungkin sebuah negara merelakan negara jajahannya dengan gampang, namun masih ada jalan lain yang dapat kita tenpuh. Walupun demikiian kita juga harus sadar bahwa negara ini mempunyai cara lain untuk meredam teriakan-teriakan kita sekalipun itu adalah hak kita (M), contohnya yang terjadi dan dilakukan oleh pemerintah Indonesia saat itu terhadap rakyatnya sendiri.
Satu hal tentang persatuan organisasi, kita telah melakukan, tinggal sekarang bagaimana dengan orang-orang yang bergerak dalam organisasi ini, apakah benar-benar bersih dan ingin berjuang untuk rakyat? Jika kelihatan bahwa masih belum bersih semuanya maka mari kita pangkas bersama, karena ada pepatah yang mengatakan "sekejam-kejamnya musuh, tetapi lebih kejam musuh dalam selimut". Karena sepandai apapun anda dapat menyamar, jika musuh dalam selimut itu masih berkrliaran maka percuma saja kita melakukan penyamaran itu. Satu hal lagi yang dianggap perlu kita lakukan dalam Persatuan Perjuangan di atas tadi adalah "kita harus yakinkan diri kita, bahwa kita harus Merdeka". Kemudian kita jangan hanya diam dan selalu berdoa, tetapi bagaimana kita mau bekerja menunjukan kepada publik bahwa hal ini, seperti in, yang terjadi disana rakyat kami ditindas, diintimidasi, kaum perempuan kami diperkosa dan diperlakukan tidak senonoh (tidak sesuai dengan dasar negara kita Pancasila, sila ke dua) setelah itu dilakukan hak-hak rakyat kami dirampas dengan paksa, rakyat di stigmatisasi sebagai pengacau keamanan (GPK) dan separatis, maka itu kami ingin "Merdeka". Sebab semua yang terjadi disana adalah permainan dari pemerintah sebagai penguasa negara ini, guna melegal formalkan cita-cita mereka untuk mengeruk kekayaan alam kami yang ada dan untuk memenuhi kepentingan-kepentingan mereka (korupsi berantai dengan elit politik lokal) dari zaman orde baru hingga sekarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar